Dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti.
Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui
kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses
memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, af'ektif, maupun
psikomotor) untuk memperoleh respons yang diperlukan dalam interaksi dengan
lingkungan secara efisien.
Dalam kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi
pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar. Misalnya bagaimana menciptakan kondisi
yang baik agar berhasil, memilih metode dan alat-alat sesuai dengan jenis dan
situasi belajar, membuat rencana belajar bagi siswa, menyesuaikan proses
belajar dengan keunikan siswa, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan
belajar, dan sebagainya. Bagi siswa sendiri, masalah-masalah belajar yang
mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar,
menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok, mempersiapkan ujian,
memilih mata pelajaran yang cocok, dan sebagainya.
Keberhasilan belajar siswa/mahasiswa itu sendiri dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik internal (yang bersumber dari dalam diri sendiri) maupun
eksternal (yang bersumber dari luar atau lingkungan).
a. Faktor Internal
Ada beberapa
faktor yang harus dipenuhi siswa agar belajarnya berhasil. Syarat-syarat itu
meliputi fisik dan psikis. Yang termasuk faktor fisik, di antaranya: nutrisi
(gizi makanan), kesehatan dan keberfungsian fisik (terutama pancaindera).
Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah,
dan kurang bisa konsentrasi. Penyakit juga dapat mempengaruhi keberhasilan
belajar, apabila penyakit itu bersifat kronis atau terus menerus dan mengganggu
kenyamanan. Pancaindera pun sangat berpengaruh terhadap belajar, karena
merupakan pintu gerbang masuknya informasi dari luar. Oleh karena itu,
pemeliharaan yang intensif sangat penting bagi individu. Sementara yang masuk
faktor psikis di antaranya adalah kecerdasan, motivasi, minat, sikap dan
kebiasaan belajar, dan suasana emosi. Apabila kedua faktor tersebut tidak
terpenuhi atau mengalami gangguan, maka kemungkinan besar individu akan
mengalami kesulitan belajar.
Menurut W.H.
Burton (Syamsu Yusuf LN dkk., 1992) faktor internal yang mengakibatkan
kesulitan belajar adalah sebagai berikut.
Ketidakseimbangan
mental atau gangguan fungsi mental: kurangnya kemampuan mental yang bersifat
potensial (kecerdasan), kurangnya kemampuan mental, seperti kurang perhatian,
adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukkan kegiatan yang berlawanan,
kurangnya energi untuk bekerja atau belajar karena kekurangan makanan yang
bergizi, kurangnya penguasaan terhadap kebiasaan belajar dan hal-hal
fundamental dan kesiapan diri yang kurang matang.
Gangguan fisik:
kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat-alat bicara dan gangguan
kesehatan (sakit-sakitan).
Gangguan emosi:
merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi,
maupun kebutuhan, adanya perasaan yang kompleks (tidak karuan), perasaan takut
yang berlebihan (phobia), perasaan ingin melarikan diri atau menghindar dari
masalah yang dialami dan ketidakmatangan emosi.
b. Faktor Eksternal
Faktor ini
meliputi aspek-aspek sosial dan nonsosial. Yang dimaksud dengan faktor sosial
adalah faktor manusia, baik yang hadir secara langsung (bertatap muka atau
berkomunikasi langsung), maupun kehadirannya secara tidak langsung, seperti:
berupa foto, suara (nyanyian, pembicaraan) dalam radio, TV, dan tape recorder.
Sedangkan yang termasuk faktor nonsosial adalah: keadaan suhu udara (panas,
dingin), waktu (pagi, siang, malam), suasana lingkungan (sepi, bising atau
ramai), keadaan tempat (kualitas gedung, luas ruangan, kebersihan, ventilasi,
dan kelengkapan mebeler), kelengkapan alat-alat atau fasilitas belajar (ATK,
alat peraga, buku-buku sumber, dan media komunikasi belajar lainnya).
Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak masalah-masalah
yang timbul terutama yang dirasakan oleh siswa sendiri. Sekolah mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam
belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam
mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Di sinilah
penting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk membantu agar mereka
berhasil dalam belajar. Layanan bantuan yang seyogianya diberikan kepada para
siswa adalah bimbingan belajar. Bimbingan belajar ini meliputi beberapa
kegiatan layanan, baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Layanan yang
bersifat preventif di antaranya dengan pemberian layanan informasi sebagai
berikut: Sikap dan kebiasaan belajar yang positif, cara membaca buku yang
efektif, cara membuat catatan pelajaran, cara mengikuti kegiatan belajar di
dalam dan di luar kelas, cara belajar kelompok, dan teknik menyusun laporan. Adapun
bimbingan belajar yang bersifat kuratif adalah layanan bantuan bagi para siswa
yang memiliki masalah atau kesulitan belajar. Untuk membantu mereka, maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi kasus, dengan cara
membandingkan nilai setiap siswa dengan nilai batas lulus kelompok, dan
menerima laporan dari setiap guru atau wali kelas tentang aktivitas belajar
setiap siswa yang diduga bermasalah dalam belajar.
b.
Mengidentifikasi. letaknya masalah,
dengan cara melihat kawasan tujuan belajar mana yang belum tercapai, dan melihat
ruang lingkup atau bahan ajar mana yang belum dikuasai.
c.
Mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar (diagnosis). Faktor-faktor penyebab ini dapat
diklasifikasikan ke dalam dua laktor, yaitu: internal (yang berasal atau
bersumber dari diri siswa itu sendiri) dan eksternal (yang bersumber dari luar
atau lingkungan).
d.
Prognosis, mengambil kesimpulan dan
keputusan serta meramalkan kemungkinan penyembuhannya.
e.
Treatment, pemberian layanan bantuan
sesuai dengan prognosis yang telah dilakukan.
Read more »
0 comments:
Post a Comment